Thursday 16 December 2021

Analisis Kontekstual, Jaring Keamanan Siber, dan Zero-Touch Service Management Akan Mendominasi Sistem TI 2022

MAJALAH ICT – Jakarta. Peran sistem TI (Teknologi Informasi) telah berkembang secara signifikan selama dua tahun terakhir di mana organisasi diharuskan untuk memikirkan kembali dan mengubah cara mereka bekerja. Ke depannya, akan ada penekanan baru pada pemanfaatan kemajuan teknologi untuk mengatasi tantangan bisnis yang muncul dari sistem kerja jarak jauh.

“Setelah pandemi, sistem kerja hybrid akan menjadi harapan dan mungkin menjadi sebuah kebijakan di sebagian besar organisasi di seluruh dunia. Hal ini berarti keamanan siber, AI, otomatisasi, dan analisis data akan memainkan peran yang semakin penting dalam upaya organisasi mendukung cara kerja ini,” jelas Rajesh Ganesan, Vice President of Products at ManageEngine.

Berikut ini adalah lima prediksi teratas tentang manajemen TI di tahun 2022 dari ManageEngine.

1. Wawasan organisasi akan langsung bisa ditindaklanjuti dengan adanya sistem analisis kontekstual
Ketika wawasan disajikan secara langsung dalam aplikasi bisnis, peluang organisasi untuk menindaklanjutinya jauh lebih tinggi daripada ketika wawasan yang sama disajikan dalam perangkat lunak business intelligence yang berdiri sendiri. Misalnya, ketika wawasan tentang efisiensi proyek tersedia dalam perangkat lunak untuk manajemen proyek, lebih mudah bagi manajer proyek untuk menghubungkan apa yang mereka temukan dengan pekerjaan sehari-hari mereka dan menerapkan langkah-langkah untuk memperbaiki inefisiensi pekerjaan.

Cara kami melatih dan menerapkan model AI diperkirakan akan berubah secara signifikan di tahun mendatang. Dengan teknik yang lebih berkelanjutan seperti meta-learning, transfer learning, dan teknologi causal AI yang diharapkan dapat melengkapi proses pembelajaran yang mendalam. Teknologi AI dan Machine Learning pada akhirnya akan menjadi elemen alur kerja analisis kontekstual yang tertanam sepenuhnya.

2. Model jaring keamanan siber akan menawarkan perlindungan yang lebih baik di era sistem kerja hybrid
Karena karyawan terus mengakses sumber daya organisasi dari lokasi yang berbeda, keamanan berbasis jaringan tradisional menjadi usang. Lanskap keamanan telah berkembang sebagian karena percepatan peralihan ke cloud dan penggunaan perangkat pribadi yang tidak terverifikasi. Hal ini mengakibatkan banyak organisasi menjadi sangat rentan terhadap ancaman siber dan serangan dari dalam.

Dalam skenario ini, model jaring keamanan siber, dengan prinsip utama Zero Trust, akan mendapatkan lebih banyak daya tarik. Model jaring keamanan siber adalah pendekatan terdistribusi di mana perimeter keamanan individu yang lebih kecil dibangun di sekitar orang atau objek yang bertindak sebagai titik akses, sehingga menawarkan kontrol keamanan yang lebih baik kepada tim TI.

3. Model operasi TI akan terus berkembang untuk mendukung sistem kerja hybrid
Organisasi, awalnya, mengalami masalah ketika menerapkan rencana bisnis berkesinambungan mereka ketika peraturan lockdown pertama kali diterapkan. Tetapi dengan karyawan yang memilih sistem kerja hybrid dalam jangka waktu yang lama, perubahan lebih lanjut dalam model operasi TI harus dilakukan untuk memastikan pekerjaan sistem hybrid efisien dan berkelanjutan.

Meskipun menggunakan sistem layanan self-service, produktivitas karyawan jarak jauh masih terganggu ketika terjadi kendala. Dalam sistem kerja hybrid, aspek-aspek seperti layanan zero-touch service management (manajemen layanan tanpa sentuhan; penanganan kendala dengan mesin), pemantauan pengalaman digital untuk memastikan ketersediaan tinggi dan peningkatan konstan bagi pengguna akhir, serta peningkatan adopsi desktop sebagai layanan dan VDI akan menjadi lebih penting dari sebelumnya.

4. AIOps dan otomatisasi IT akan menjadi landasan penting bagi sistem arsitektur TI perusahaan
Seiring meluasnya penggunaan AI, dan didukung oleh peningkatan operasionalnya, teknologi AI akan terus memperkuat dirinya sebagai landasan dalam sistem arsitektur TI pada perusahaan. Para pemimpin IT nantinya akan lebih bergantung pada AIOps (Artificial Intelligence for IT Operations) dan otomatisasi TI, yang bisa mendeteksi masalah menggunakan algoritma dan menyelesaikannya secara otomatis sebelum masalah tersebut mengganggu produktivitas atau operasi jaringan. Pemantauan berbasis AIOps akan memainkan peran penting dalam hal prediksi, perencanaan kapasitas, meningkatkan kewaspadaan, dan menjaga sistem keamanan organisasi.

5. Kelangkaan keterampilan di bidang keamanan siber membuat organisasi bekerja sama dengan perusahaan penyedia layanan
Ada ketidakseimbangan jumlah dan kebutuhan akan karyawan terampil di bidang keamanan siber. Untuk memenuhi kebutuhan yang berkembang ini, organisasi akan semakin menggunakan layanan MSSP dan perusahaan penyedia layanan deteksi dan respons yang terkelola. Misalnya, peningkatan karyawan yang bekerja jarak jauh, adopsi cloud, dan kebutuhan untuk memenuhi peraturan kepatuhan membuat IAM (Identity and Access Management) menjadi proses yang membosankan bagi sebagian besar organisasi. Karena banyak organisasi tidak memiliki keterampilan dan sumber daya yang diperlukan untuk menerapkan solusi IAM, semakin banyak organisasi akan beralih ke perusahaan penyedia layanan IAM untuk mengisi peran tersebut.

 



No comments:

Post a Comment