Friday 23 July 2021

Hasil Studi Digital Frontiers 3.0 Sektor Industri Layanan Keuangan: Digital Experience dan Teknologi Garis Depan Dukung Pertumbuhan Ekosistem

MAJALAH ICT – Jakarta. Sektor industri layanan keuangan di Indonesia telah mengambil loncatan besar sejak merebaknya pandemi tahun lalu. Namun, menurut hasil riset yang digawangi oleh VMware, Inc. (NYSE: VMW), masih terdapat kesenjangan yang perlu segera dibenahi dalam membangun fondasi digital yang kokoh dan tepercaya di tengah sengitnya kompetisi di sektor ini.

Dalam temuan VMware Digital Frontiers 3.0 Study disebutkan, bahwa peta kompetisi pada industri layanan finansial telah beralih ke daring. Ini dibuktikan dengan 9 dari 10 (90 persen) responden Indonesia menyatakan lebih memilih beralih dari sistem pembayaran tunai ke nirkontak. Angka ini tertinggi dari pada negara-negara Asia Tenggara lain yang disurvei: Singapura (88 persen), Filipina (76 persen), Malaysia (87 persen) dan Thailand (85 persen).

Selain meningkatnya pengadopsian platform perbankan digital, namun demikian terdapat hampir seperempat (24 persen) responden Indonesia yang merasa bahwa organisasi-organisasi layanan finansial kurang mampu beradaptasi atau meningkatkan layanan di tengah dinamika yang terjadi di industri. Angka ini menggambarkan urgensi bagi industri tersebut dalam memperkuat tumbuhnya inovasi mutakhir sebagai strategi dalam memuaskan kebutuhan nasabah.

Nasabah Indonesia sigap dalam beralih ke lingkungan digital-first dan menerima suguhan digital experience terbaru dengan baik. Menurut studi tersebut, sebanyak 58 persen responden Indonesia menyatakan antusiasme mereka dalam pelibatan dengan organisasi-organisasi layanan finansial. Capaian ini dirasa cukup tinggi dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia Tenggara, seperti Singapura (44 persen), Filipina (57 persen), Malaysia (56 persen), dan Thailand (62 persen).

Dengan 53 persen masyarakat Indonesia lebih memilih mengakses layanan perbankan melalui aplikasi daripada langsung mengunjungi gedung cabang secara langsung, tentu prioritas utama nasabah adalah bagaimana dapat merasakan layanan yang lancar dan akses ke aplikasi yang efektif. Ini tercermin dari adanya sebanyak 70 persen responden Indonesia yang mengutamakan kemudahan dalam mengakses aplikasi dan layanan digital sebagai prioritas utama dalam memilih penyedia layanan finansial. Angka ini termasuk salah satu yang tertinggi di antara negara-negara Asia Tenggara lainnya, Thailand (80 persen), Singapura (61 persen), Filipina (63 persen) dan Malaysia (67 persen).

Lebih dari setengah responden Indonesia yang menganggap bahwa lembaga-lembaga layanan finansial lebih baik dalam menghadirkan digital experience dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang ritel, layanan kesehatan, pemerintahan, hingga edukasi. Ini menggambarkan tingkat urgensi yang tinggi bagi industri agar lebih fokus dalam memperkokoh bangunan fundamental mereka sehingga mampu menghadirkan digital experience yang lebih baik bagi konsumen. Dari peningkatan keamanan dan proteksi data (53 persen), kemudahan dalam penggunaan di lintas perangkat (51 persen), hingga kecepatan layanan (40 persen).

“Industri layanan finansial di Indonesia gesit beralih ke dunia digital selama pandemi ini. Mereka mengembangkan inovasi-inovasi dalam menghadirkan digital experience mutakhir yang mulus berbasis pada teknologi masa depan. Kini nasabah telah mafhum dengan teknologi-teknologi tersebut dalam mendukung interaksi mereka dengan layanan bank,” ujar Cin Cin Go, Country Manager, VMware Indonesia.

Ia manambahhkan, “Seiring dengan pesatnya pertumbuhan Indonesia yang digadang-gadang akan menjadi hub ekonomi syariah terbesar di Asia berikutnya, penting bagi perusahaan di Indonesia untuk menjaga ketangguhan dan tingkat kompetitif dengan memperkokoh bangunan fondasi teknologi masa depan, seperti pemanfaatan Cloud, sebagai prioritas dalam memacu transformasi di ranah ekosistem keuangan sekaligus mendorong pertumbuhan perekonomian digital bangsa. Tidak sebatas di ranah digital, dukungan dari pemerintah dalam membangun ekosistem keuangan yang inklusif merupakan kunci keberhasilan bangsa Indonesia dalam cakap merespons, beradaptasi, serta mempercepat pertumbuhan bisnis di dalam paradigma digital yang baru saat ini.”

Virtualisasi menjadi masa depan industri finansial di Indonesia

Nasabah Indonesia kini lebih memilih dan berharap ada opsi digital saat berinteraksi dengan sektor layanan finansial. Sebanyak 58 persen responden Indonesia menuturkan bahwa ponsel pintar milik mereka kini dianggap makin penting daripada dompet fisik. Ini mengindikasikan adanya peningkatan kebutuhan untuk pembayaran nirkontak dan bergerak. Sebanyak 49 persen bahkan tidak masalah untuk mempersilakan aplikasi untuk turut memutuskan di mana mereka bisa menginvestasikan dana mereka, alih-alih berkonsultasi melalui karyawan bank secara langsung. Angka ini jauh lebih tinggi dari angka rerata di regional sebesar 41 persen.

Meningkatnya optimisme terhadap teknologi masa depan, namun sisi kepercayaan dan keamanan masih menjadi perhatian bersama

Nasabah Indonesia menunjukkan antusiasme dan optimisme mereka terhadap kehadiran teknologi masa depan. Ini terlihat dari tingginya kepercayaan mereka terhadap teknologi-teknologi masa depan, seperti artificial intelligence (78 persen), 5G (85 persen) dan facial recognition atau teknologi pengenalan wajah (85 persen). Angka ini tertinggi dibandingkan dengan rerata di kawasan regional, dengan angka persentase untuk artificial intelligence (70 persen), 5G (78%) dan teknologi pengenalan wajah (75 persen).

Keamanan juga masih menjadi faktor yang dianggap paling penting. Ini terlihat dengan adanya sebanyak 79 persen responden Indonesia menyatakan bahwa keamanan menjadi prioritas utama mereka dalam memilih penyedia layanan finansial. Sementara itu, 51 persen menyatakan paranoid apabila ada lembaga yang melacak dan merekam data personal yang ada di perangkat mereka. Ini membawa implikasi yang luar biasa bagi para pemain di industri layanan finansial bahwa mereka dituntut tidak saja mampu menghadirkan pengalaman perbankan yang lancar dan tepersonalisasikan, namun juga harus mampu menjamin keamanan bagi setiap nasabah yang terimplementasikan hingga ke seluruh aplikasi, platform, maupun perangkat.

Meningkatnya kebutuhan untuk hadirnya ekosistem finansial yang inklusif dan patuh pada prinsip etika

Perjalanan digital masyarakat Indonesia tercatat mengalami pertumbuhan posItif mencapai 80 persen. Selain menempatkan diri sebagai “digitally curious” atau “digital explorers”, angka ini menunjukkan adanya peningkatan akan hadirnya ekosistem finansial yang makin inklusif dan patuh pada prinsip-prinsip etika. Sebanyak 59 persen menyatakan akan berhenti berhubungan dengan perusahaan yang enggan menginformasikan kebijakan etika perusahaan secara publik.

Dengan melihat pentingnya upaya untuk menjembatani kesenjangan digital yang ada, sebanyak 57 persen responden Indonesia merasakan kekhawatiran bahwa kebiasaan-kebiasaan yang mereka lakukan selama ini menjadi sandungan ketika nanti mereka akan merengkuh era baru dunia digital maupun ketika mereka hendak mengakses layanan-layanan yang mereka butuhkan. Namun demikian, mayoritas responden Indonesia (84 persen) menaruh harapan mereka yang tinggi terharap teknologi, bahwa teknologi nantinya akan mampu mendorong meningkatnya inklusivitas di dunia finansial dalam satu dekade mendatang.

“DBS menjadi yang terdepan dalam menghadirkan solusi-solusi invisible banking yang cerdas dan intuitif bagi nasabah di pasar-pasar utama kami. Pandemi Covid-19 menjadi pemicu semakin cepatnya pengadopsian perilaku digital, hal ini menjadi alasan utama bagi DBS untuk meluncurkan teknologi-teknologi dan solusi-solusi perbankan digital sepanjang tahun lalu. Ini termasuk peluncuran layanan-layanan khusus yang sangat personal, dengan teknologi AI dan biometrik wajah untuk mendukung proses autentikasi informasi yang cepat dan aman. Ke depan, DBS akan terus memperkokoh kemitraannya dengan mitra-mitra teknologi, seperti VMware seiring dengan makin tumbuhnya inovasi dan kebutuhan untuk peluncuran solusi-solusi perbankan digital sebagai wujud komitmennya dalam turut membangun masa depan perbankan,” ucap Jimmy Ng, Group Chief Information Officer and Head of Technology & Operations, DBS.

Teknologi sebagai kunci dalam mengakselerasi pertumbuhan dan upaya pemulihan ekonomi

Memasuki tahun 2021, VMware menyampaikan sejumlah prioritas kunci yang nantinya akan mampu memperkuat dalam pelaksanaan transformasi ekosistem finansial di Indonesia yang berbasis pada inovasi.

Mendukung organisasi-organisasi layanan finansial untuk membangun masa depan yang sarat dengan strategi multi-cloud dan aplikasi: Membuka seluruh peluang multi-cloud di masa depan melalui inovasi berbasis aplikasi yang dihadirkan di sebuah lingkungan yang aman dan konsisten yang mendukung dilaksanakannya inovasi secara berkesinambungan. Memampukan inovasi dan produktivitas bagi karyawan yang bekerja dari lokasi tersebar: penerapan solusi-solusi yang mendukung karyawan dalam bekerja dari manapun lokasinya akan mendukung dihadirkannya digital experience yang mulus dan aman, mendorong tercapainya hasil yang lebih baik di era baru dengan model dan cara bekerja yang baru pula
Keamanan intrinsik untuk inovasi tanpa batas: pendekatan intrinsik dalam penerapan keamanan perusahaan akan memberikan lapis proteksi yang lebih kuat bagi operasi-operasi maupun para infrastruktur penting perusahaan dalam mempercepat terwujudnya inovasi dan resiliensi bisnis.

 



No comments:

Post a Comment