Wednesday 15 September 2021

Dear Orang Tua Waspadalah, Konten LGBT Ada di Youtube Kids

MAJALAH ICT – Jakarta. Iklan video yang mempromosikan LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender) muncul di Youtube Kids. Video tersebut berjudul “Aku Bukan Homo”. Konten yang muncul di sela-sela konten video musik anak-anak berisi penjelasan apa yang dilakukan jika seseorang menjadi lelaki penyuka sesama jenis atau gay.

Kejadian tersebut ternyata dialami beberapa pengguna Youtube lain. Video itu pun lantas membuat geger netizen dan mengundang protes di media sosial, baik kepada pihak Youtube dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).

Video tersebut ditemukan secara tidak sengaja oleh Annisa Isnaeni Syamsi saat melihat tayangan video di Youtube Kids yang sedang ditonton anaknya. Setelah dilakukan penelusuran, video yang mempromosikan LGBT itu diunggah oleh akun Sinduatiga yang berjudul “Sindu-Aku Bukan Homo Official Music Video” pada 9 September 2021. Channel tersebut telah memiliki 182 subscriber dan video LGBT itu sudah ditonton sebanyak 14.611 kali menurut catatan statistik pada channel Sinduatiga.

Video LGBT itu ditampilkan dengan grafis animasi 3D dengan tokoh dua buah pisang yang sedang bernyanyi. Selain itu, warna dari tokoh buah-buahan lainnya pun beragam dan terlihat menarik.

Lantunan latar lagunya pun telah disesuaikan dengan kesukaan anak-anak. Sehingga, hal tersebut membuat khawatir para orangtua karena lantunan lagunya berpotensi terekam di memori anak-anak.

Meskipun berjudul “Aku Bukan Homo”, lirik dalam lagu itu seolah mendeskripsikan hal-hal terkait homoseksual, seperti apa yang dilakukan jika ia adalah seorang gay.

Karena menjadi viral, Juru Bicara Kementerian Komunikasi dan Informatika Dedy Permadi menyatakan bahwa pihaknya sudah memutus akses konten iklan tersebut. Menurutnya, keputusan ini dibuat berkenaan dengan keluhan masyarakat yang menyayangkan konten dewasa itu bisa muncul di iklan YouTube kids. “Kementerian Kominfo telah memutus akses konten yang diadukan oleh masyarakat tersebut, serta secara paralel, berkoordinasi dengan pengelola platform untuk mengetahui penyebab kemunculan konten,” kata Dedy.

 



No comments:

Post a Comment