Wednesday 23 September 2020

KPI Mendorong Peningkatan Produksi Animasi Lokal

MAJALAH ICT – Jakarta. Sebagai satu-satunya televisi khusus anak di Indonesia. RTV telah banyak meraup penghargaan dan apresiasi dari KPI atas sajian program acara anaknya yang baik, edukatif juga berkualitas. Namun begitu, ada sejumlah catatan KPI untuk RTV pada saat proses Evaluasi Dengar Pendapat (EDP) perpanjangan izin penyelenggaran penyiaran (IPP), yakni soal tingginya ketergantungan pada konten atau program animasi asing dalam siaran.

Harapan agar RTV bisa menekan ketergantungan tersebut dengan meningkatkan produksi konten lokal atau dalam negeri mengemuka dalam EDP tersebut. Pasalnya, jika merujuk aturan penyiaran (Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran) KPI tahun 2012, porsi program asing dibatasi 30% dan relay siaran asing 10 %, artinya jika digabung tidak boleh lebih 40% dari total waktu bersiaran sehari.

Komisioner KPI Pusat, Irsal Ambia, mengingatkan proporsi tayangan asing harus diperhatikan karena ini berkaitan dengan aturan penyiaran. Menurutnya, memang tidak mudah membangun konten anak yang diproduksi dalam negeri, tapi konsekuensi ini harus dijalankan.

“Ini jadi catatan dalam proses perpanjangan izin penyiaran ini. Ke depan porsi animasi anak dalam negeri kami harap bisa meningkat. Saya juga banyak dapat catatan soal konten lokal RTV yang belum berjalan dengan baik. Ini jadi poin dan ini jadi catatan evaluasi tahunan yang belum ada peningkatan yang signifikan. Harusnya dari catatan ini, di tahun berikutnya, masalah ini sudah berkurang. Khususnya dalam sektor koten lokal,” kata Irsal.

Persoalan konten asing di RTV juga disampaikan Ketua KPI Pusat, Agung Suprio dalam EDP tersebut. Menurutnya, porsi konten asing tidak boleh lebih banyak dari konten dalam negeri. Hal ini terjadi karena biaya membuat konten atau animasi anak lokal sangat mahal.

“Saya mendengar bahwa untuk produksi tayangan animasi lokal membutuhkan biaya yang cukup mahal karenanya mengapa kita lebih memilih untuk membeli tayangan asing karena harganya lebih murah. Tayangan asing lebih murah karena mereka memproduksi untuk juga dijual ke negara lain dan memang laku, selain karena kualitasnya juga bagus,” ujar Agung.

Agung mengusulkan dibuat format kerjasama dengan pemerintah untuk produksi konten dalam negeri. Seperti yang dilakukan Malayasia dan Korea Selatan. “Pemerintah Malaysia sangat mensupport Upin Ipin. Begitu halnya dengan KPOP. Pemerintah Korea Selatan ikut mendukung perkembangan musiknya agar lebih dikenal dunia internasional, selain juga hal ini bagian dari promosi wisata dan strategi ekonomi mereka. Dan ini yang tidak dilakukan di Indonesia,” katanya.

Ketua KPID Provinsi DKI Jakarta, Kawiyan, mengakui mengelola stasiun televisi dengan segmentasi anak seperti RTV tidaklah mudah. Banyak hal-hal dan ketentuan yang harus diikuti RTV salah satunya pada pedoman P3SPS. Ini supaya RTV tetap menjadi televisi yang ramah anak.

“Sebenarnya lembaga penyiaran harus mampu menggeser tayangan anak produk asing lebih kepada tayangan anak Indoensia. Memang membutuhkan waktu dan proses yang panjang, namun ke depan lembaga penyiaran harus mampu mewujudkannya,” kata Kawiyan.

Pujian untuk RTV atas konsistensi menjadi TV anak dan baik disampaikan Wakil Ketua KPI Pusat, Mulyo Hadi Purnomo. Berdasarkan catatan KPI Pusat, temuan pelanggaran siaran di RTV sangat rencah. Menurut Mulyo, catatan baik ini harus dapat dipertahankan sekaligus konsisten menjadi televisi untuk anak Indonesia.

Dalam kesempatan itu, Mulyo mengusulkan tayangan anak tidak semata soal bagaimana isi dan kemasannya saja, tetapi harus mempunyai dan memberikan nilai empowering (pemberdayaan) terhadap munculnya potensi dan bakat anak-anak. “Saya juga minta agar berhati-hati dengan pengemasan program lain agar jangan sampai ada adegan kekerasan,” pintanya.

Sementara itu, perwakilan RTV berupaya akan meningkatkan produksi konten  anak lokalnya. RTV menargetkan dalam waktu dekat komposisi konten lokalnya dapat mencapai angka 50% dari angka maksimal yang ditetapkan dalam aturan.

“Harus kami akui untuk produksi konten animasi lokal sangat mahal, maka sementara yang kami lakukan adalah membeli tayangan animasi luar karena biayanya murah. Tapi akan kami usahakan ke depannya,” kata RTV. 

 

Loading...



No comments:

Post a Comment