Friday 20 December 2019

Kaleidoskop ICT Februari 2019 – Gara-Gara Cuitan Bos Bukalapak Soal Presiden Baru, #UninstallBukalapak Bergema

MAJALAH ICT – Jakarta. Cuitan Founder dan CEO Bukalapak Achmad Zaky yang menyinggung soal “presiden baru” berbuntut panjang. Netizen pendukung Presiden Joko Widodo menyayangkan tweet dari Zaky tersebut dan menggemakan tagar #uninstallbukalapak.

Masalah berawal dari cuitan Zaky mengungkap soal anggaran R&D Indonesia yang sangat minim tahun 2016 yang hanya 2 miliar dolar AS dan dinilai tertinggal jauh dari negara lain yang sudah menyediakan anggaran R&D. Dicontohkannya, seperti Amerika Serikat menjadi negara pertama yang menyediakan angagran R&D sebesar  511 miliar dolar AS, China 451 miliar dolar AS. Kemudian Jepang 165 miliar dolar AS, Jerman 118 miliar dolar AS, Korea Selatan 91 miliar dolar AS, Taiwan 33 miliar dolar AS, Australia 23 miliar dolar AS, Malaysia 10 miliar dolar AS, dan Singapura 10 miliar dolar AS.

Dan dikahir kicauannya, Zaky menulis bahwa industri 4.0 adalah omong kosong dengan kondisi R&D kita seperti sekarang. “Mudah-mudahan presiden baru bisa naikin,” tulis Zaky dalam akunnya.

Sontak, netizen menyebut data yang disampaikan Zaky salah. Menurut Warganet, yang benar adalah anggaran R&D sebesar 2 miliar dolar AS itu terjadi pada tahun 2010 bersumber dari Wikipedia. Saat itu, Jokowi belum menjadi Presiden. Tak hanya mengoreksi soal data yang disebut Zaky, netizen juga kemudian mengungkit soal kebaikan Presiden Joko Widodo terhadap perusahaan Zaky dimana Jokowi pernah memuji unicorn Bukalapak disertakan agar mengingatkan Zaky bahwa jangan membalas air susu dengan air tuba.

Walhasil, tagar #uninstallbukalapak bergema. Memang tidak semua warganet setuju, apalagi soal uninstall ini berakibat pagi bisnis UMKM yang menjadi penyokong Bukalapak.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute Heru Sutadi menyampaikan informasi berbeda terkait dalam penelitian dan pengembangan di Indonesia. “Melihat data yang disampaikan Achmad Zaky Bos Bukalapak, ternyata memang datanya kurang up to date alias kurang kekinian. Sebab berdasar data Global Innovation Index 2018, untuk Research and Development kita berada di peringkat 60 dunia. Sementara untuk anggaran R&D berdasar GDP, kita berada di posisi 107 dunia,” Katanya. Data yang dipublikasikan Zaky sendiri tertulis berdasar data 2016 dimana Indonesia berada di peringkat ke-43.

 

Loading...



No comments:

Post a Comment