Tuesday 25 September 2018

Investasi Asing di Startup, Indonesia Berpotensi Tak Lagi Pegang Kendali

MAJALAH ICT – Jakarta. Meskipun terbuka untuk investasi asing, usaha start up di Indonesia masih tetap dibawah kendali sumberdaya manusia Indonesia. Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara menjelaskan, kucuran dana dari investor asing bukan berarti start up asal Indonesia diambil alih oleh bangsa asing. Pendapat Menkominfo agak berbeda dengan pendapat pengamat ekonomi digital yang mewanti-wanti pemerintah untuk mewaspadai perubahan ini, karena investasi asing bisa berpotensi membuat Indonesia tak lagi pegang kendali. 

Menurut Rudiantara, sumberdaya manusia yang andal dan berkualitas merupakan faktor penting untuk menopang perekonomian bangsa, misalnya melalui inovasi dan kreativitas pengembangan start up.  “Sebab pengawasan merger dan akuisisi maupun employee stock option program dan managemennya tetap dikendalikan lokal,” katanya dalam kuliah umum bertema Nasionalisme di Era Digital, di Gedung Graha Widya Wisuda Institut Pertanian Bogor (IPB), Dramaga, Bogor, Jawa Barat. “Kemampuan mengelola risiko, inovatif, konsistensi dan kreativitas, hal tersebut merupakan beberapa sifat yang harus dimiliki oleh para perintis perusahaan start up,” ujar Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara pada acara.

Rudiantara menuturkan, perusahaan start up dengan pengelolaan keuangan yang stabil memberikan banyak manfaat bagi masyarakat, seperti pendorong tumbuhnya perekonomian, menyerap banyak tenaga kerja serta mampu berkompetisi secara global.

“Saya berharap anak muda Indonesia memiliki pola pikir untuk menjadi perintis start up. Kita tidak pernah meragukan kemampuan para anak bangsa dalam kreasi inovasi dan membuat model bisnis serta mengendalikan perusahaan untuk tumbuh dengan kecepatan optimal,” ucap Rudiantara.

Selain Rudiantara, pada kuliah umum Nasionalisme di Era Digital di IPB juga menghadirkan tiga pelaku muda yang bergerak di bisnis start up. Mereka adalah CEO Impact Digital Fahri Amirullah, Vice President of Product Bukalapak Zakka Fauzan dan CEO etanee.id Herry Nugraha.

Di tempat terpisah, pakar ekonomi digital dan pengamat startup Heru Sutadi menilai, masuknya asing dalam bisnis startup dilematis. Di satu sisi, swasta lokal tidak memiliki pendanaan cukup, sehingga mengundang investor asing. “Harusnya ada pembatasan berapa maksimum kepemilikan investasi asing,” kata mantan komisioner Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) itu.

Dia melihat ada bahaya jika asing menguasai. Selain terkait bisnis, asing mengincar data pengguna atau konsumen yang di masa depan bisa digali dan dimanfaatkan. Apalagi dalam bisnis seperti transportasi online, mereka bisa menggerakkan massa. Mereka juga bisa mengetahui secara detail data-data masyarakat. “Rakyat jadi korban. Padahal aset kan milik rakyat, tetapi dieksploitasi,” tandas Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute ini.

Dalam konteks masuknya asing ke startup, Heru melihat pebisnis Indonesia lebih berpikiran jangka pendek, sementara asing melihat jangka panjang. “Makanya, seolah-olah asing berani rugi, padahal penuh perhitungan. Kalau tidak bagus startup-nya dan tidak potensial, mereka tentu tidak mau investasi,” ujar Heru.

 



No comments:

Post a Comment