Monday 25 February 2019

Menperin Airlangga Hartarto Raih Herman Johannes Award Bidang Industri 4.0


MAJALAH ICT – Jakarta. Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mendapatkan penghargaan Herman Johannes Award 2019 dari Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta dan Keluarga Alumni Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (Katgama). Airlangga meraih penghargaan tersebut atas kiprahnya meletakkan dasar strategis untuk membawa bangsa Indonesia memasuki era industri 4.0.

“Kami berterima kasih karena dengan ridho dan karunia Allah SWT saya mendapatkan penghargaan ini. Pada keluarga saya, istri saya yang sekarang ada di sini, saya mengucapkan terima kasih sudah diberi izin untuk keliling terus, sekaligus memberi waktu dan motivasi agar saya terus berkarya,” ucap Airlangga usai menerima penghargaan di Grha Sabha Pramana UGM Yogyakarta.

Airlangga mengaku sangat bangga sekaligus terharu mendapatkan penghargaan Herman Johannes Award. Sebagai alumni UGM, tidak pernah terbayang oleh Airlangga bahwa dalam waktu 30 tahun kembali lagi ke UGM dalam acara resmi rapat senat terbuka.

“Oleh karena itu, saya mengapresiasi dan berterimakasih kepada UGM. Sebagai alumnus, saya bangga dan senang kembali ke UGM banyak sekali perubahan fisik yang terjadi di kampus ini selama beberapa tahun belakangan,” tuturnya.

Penghargaan Herman Johannes Award 2019 yang diterima Airlangga Hartarto diserahkan langsung oleh Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Panut Mulyono dalam peringatan Hari Pendidikan Tinggi Teknik ke-73.

Pada tahun 2003, nama Herman Johannes diabadikan oleh Katgama menjadi sebuah penghargaan bagi karya utama penelitian bidang ilmu dan teknologi. Herman Johannes adalah cendekiawan, politikus, ilmuwan, dan pahlawan Indonesia. Dia pernah menjabat Rektor UGM pada periode 1961-1966.

Airlangga berharap penghargaan Herman Johannes Award yang diterimanya dapat menjadi pendorong untuk terus berkarya bagi nusa dan bangsa, khususnya dalam bidang industri.

Saat ini, kata dia, Indonesia sudah siap memasuki era industri 4.0 yang ditandai dengan peluncuran Making Indonesia 4.0, sebuah peta jalan yang memuat strategi dan arah yang jelas dalam upaya merevitalisasi sektor manufaktur.

Selain Airlangga, penerima Herman Johannes Award tahun 2019 adalah Menteri Luar Negeri Retno Marsudi untuk bidang diplomasi internasional, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi untuk bidang transportasi, serta Almarhum Sedijatmo Atmohoedojo di bidang konstruksi.

Kekuatan besar

Pada kesempatan itu, Airlangga menyampaikan bahwa revolusi industri 4.0 merupakan sebuah kekuatan besar di sektor industri. Di masa ini, teknologi informasi dan komunikasi dimanfaatkan sepenuhnya tidak hanya dalam proses produksi, tetapi juga dalam seluruh rantai guna mencapai efisiensi yang setinggi tingginya sehingga melahirkan bisnis model yang berbasis digital.

“Sektor industri nasional memerlukan banyak pembenahan, terutama dalam penguasaaan teknologi yang menjadi kunci utama penentu daya saing di era industri 4.0 saat ini setiap negara berebut untuk meningkatkan daya saingnya didalam kancah industri global,” tuturnya.

Menurut Airlangga, peluncuran Making Indonesia 4.0 telah menjadi pembicaraan di berbagai perguruan tinggi di berbagai daerah, dalam kelompok-kelompok profesi masyarakat,  dalam asosiasi-asosiasi industri. Bahkan indonesia menjadi rujukan diberbagai negara dan di sektor industri dan beberapa perusahaan dunia yang terkesan dengan inisiatif ini.

“Mereka merencanakan Indonesia untuk menjadikan hub teknologi mereka, bahkan dalam pembicaraaan dalam WEF, mereka juga melihat dan meminta agar Indonesia menjadi salah satu hub di ASEAN,” imbuhnya.

Airlangga pun menyampaikan, industri 4.0 sangat terkait dengan penyediaan infrastruktur dan teknologi informasi komunikasi, seperti internet of things (IoT), big data, cloud computing, artificial intelegence (AI), maupun virtual & augmented reality.

“Maka akan menjadi pertanyaan dan tantangan besar, yang harus kita jawab bersama. Apakah revolusi industri 4.0 akan mengubah tatanan industri sebelumnya?” ujarnya.

Airlangga kemudian menjelaskan, industry 4.0 dapat berjalan harmonis dengan industri yang sudah ada sebelumnya. Ia mencontohkan, bila melihat di sekitar Yogyakarta, ada kawasan industri Kotagede yang terkenal dengan peraknya, kemudian terdapat juga banyak sentra industri batik.

“Ini masih diproduksi handmade atau buatan tangan. Keberpihakan pemerintah sangat jelas, bahwa industri semacam ini hanya diperuntukkan kepada investasi usaha kecil dan menengah oleh masyarakat Indonesia saja,” tegasnya.

Airlangga melanjutkan, untuk tahap revolusi industri ke-2 atau mass production, di Jogja ada industri makanan yang sangat beragam, termasuk bakpia ataupun preservasi gudeg dengan pengalengan. Di revolusi ketiga, juga ada industri makanan sampai dengan industri pengolahan susu. Bahkan di Jogja sudah ada yang mulai menerapkan Industry 4.0, yaitu PT. YPTI.

“Yogyakarta ini merupakan miniatur dari harmoni dalam transformasi peradaban industri dari pertama hingga keempat. Secara nasional, kami sudah memiliki beberapa lighthouse atau proyek percontohan, misalnya Schneider Electric di Batam. Industri ini sudah menjadi rujukan, bukan hanya nasional tetapi juga di ASEAN,” ungkapnya.

Kemudian, Pan Brothers di Boyolali sebagai lighthouse industri tekstil, Panasonic di Bogor untuk industri elektronika, beberapa perusahan otomotif di Karawang, serta industri makanan Mayora di Banten. “Bahkan ada industri mainan anak-anak yang sudah menjadi percontohan untuk publik terbatas untuk implementasi industry 4.0,” ujarnya.

Airlangga menyebutkan, bonus demografi merupakan salah satu modal besar Indonesia untuk menerapkan Making Indonesia 4.0. Salah satu prioritas yang dilakukan pemerintah adalah pengembangan SDM industri yang kompeten. “Peningkatan kompetensi SDM industri melalui pendidikan dan pelatihan vokasi agar lulusannya punya kemampuan sesuai kebutuhan industri serta melek digital,” pungkasnya.

 

Loading...



No comments:

Post a Comment