MAJALAH ICT – Jakarta. Urusan Pemanfaatan aplikasi pesan instan untuk teror bukan cuma disalahkan pada Telegram saja. Sebab ternyata, aplikasi WhatsApp yang begitu banyak penggunanya di Indonesia juga digunakan untuk komunikasi teror. Seperti yang terjadi dalam teror di London, Inggris.
Ketika Polisi Inggris menyelidiki teror London, disimpulkan bahwa serangan dimulai dari pesan WhatsApp yang digunakan pelaku dan kawannya. “Kami tidak bisa menggali lebih dalam karena pesan melalui WhatsApp ini dikunci,” kata Menteri Dalam Negeri Inggris, Amber Rudd.
Menurutnya, pesan-pesan yang dikirim sang pelaku, Khalid Masood dan kawannya dikunci, sehingga hanya bisa dilihat oleh sang pengirim dan penerima pesan. Diakui, penguncian pesan di WhatsApp memang penting untuk keamanan di dunia maya, terlebih untuk memastikan bahwa bisnis, perbankan dan transaksi penting lainnya, agar aman. Namun, hal ini juga dimanfaatkan pada teroris untuk bersembunyi. “Tidak ada tempat bagi teroris untuk bersembunyi. Kita harus memastikan bahwa organisasi ini tidak berkembang melalui pesan teks seperti WhatsApp.”
Penyerang London menggunakan WhatsApp hanya dua menit sebelum ia membajak mobilnya ke pejalan kaki di Westminster Bridge. Hal ini muncul saat polisi menyelidiki jaringan ekstrimis kemungkinan yang lebih luas.
Dikatakannya juga, permintaan Inggris berbeda dengan permintaan FBI terhadap Apple untuk membuka kode keamanan iPhone milik pelaku penembakan di San Bernardino, yang pada akhirnya tidak diberi oleh Apple dan FBI melakukan peretasan terhadap ponsel tersebut. Inggris ingin WhatsApp merasa punya tanggung jawab untuk terlibat aktif membantu investigasi.
No comments:
Post a Comment