Wednesday 31 May 2017

Standard Chartered Bank Indonesia Terus Berinovasi Berikan Layanan Termasuk E-Wallet

MAJALAH ICT – Jakarta. Standard Chartered Bank Indonesia (SCBI) akan terus berkomitmen untuk terus berinovasi menawarkan layanan yang sesuai dengan pasar Indonesia, termasuk e-wallet. Demikian disampaikan Michael Sugirin, Country Head of Transaction Banking dalam acara Press Briefing dan Buka Puasa SCBI di Hotel Shangri-la, Jl. Jend. Sudirman, Jakarta Pusat.

“Melalui Transaction Banking, SCBI telah meluncurkan sejumlah layanan seperti memfasilitasi pembayaran premi Allianz melalui Indomaret untuk menjangkau kelompok unbanked, kemudian memberikan layanan direct debit bersama MPMF serta layanan e-wallet bersama Indosat. SCBI berkomitmen untuk terus berinovasi menawarkan layanan yang sesuai dengan pasar Indonesia,” katanya.

Sementara itu, Rino Donosepoetro, Chief Executive Officer SCB Indonesia menyatakan bahwa SCBI optimis dengan perekonomian Indonesia. “Kami baru saja menandatangani perjanjian dengan BKPM untuk menarik FDI ke Indonesia,” ujarnya.

Mengenai peran SCBI, Ruddy Wangsawidjaja, Country Head of Commercial Banking menjelaskan, SCBI telah beroperasi selama 154 tahun di Indonesia. “Selama kami beroperasi, kami berkomitmen untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Salah satu yang kami lakukan ada menjadi satu-satunya rating advisor untuk pemerintah Indonesia dimana saat ini Indonesia telah berhasil masuk ke dalam investment grade. Dengan jaringan yang luas, kami juga berupaya untuk menarik investor masuk ke Indonesia,” yakinnya.

Dalam kesempatan yang sama, SCBI juga menyerahkan satu buah kamera retina, alat yang dipergunakan untuk memeriksa retina bayi lahir prematur, kepada Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Acara serah terima dilakukan oleh CEO SCBI Rino Donosepoetro, kepada Dr. dr. Nina Kemala Sari, SpPD-KGer, MPH, Direktur Pengembangan dan Pemasaran RSCM. Turut menyaksikan acara serah terima adalah Dr. Satya Praba Kotha, Senior Program Manager Eye Health Helen Keller International.

Penyerahan kamera retina ini merupakan bagian dari Seeing is Believing (SIB), sebuah komitmen global Bank yang dilaksanakan sejak 2003 dan bertujuan untuk mencegah kebutaan dan gangguan penglihatan. Salah satu fokus dari program ini adalah penyediaan program deteksi dini bagi anak-anak dengan gangguan penglihatan atau gangguan kesehatan mata yang dapat dihindari serta pemberian akses bagi pemeriksaan dan pengobatan mata dengan harga terjangkau.

Rino Donosepoetro menyampaikan bahwa, “Bekerjasama dengan Helen Keller International, sebagai salah satu mitra program SIB, Bank memiliki komitmen untuk mencegah sejak dini gangguan penglihatan dan kebutaan yang dapat dihindari. Salah satu bentuknya adalah pemberian bantuan kamera retina kepada RSCM yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi bayi prematur yang diduga menderita Retinopathy of Prematurity (ROP/Retinopati Prematuritas).”

Retinopati Prematuritas/ROP adalah kelainan pada mata yang terjadi pada bayi lahir prematur. Kelainan ini disebabkan adanya pertumbuhan pembuluh darah retina abnormal yang dapat menyebabkan perlukaan atau lepasnya retina. Data dari RSCM menunjukkan pada 2013, kurang dari 10% bayi lahir prematur di rumah sakit selain RSCM memperoleh pemeriksaan ROP. Hal ini disebabkan karena kurangnya pelatihan, kapasitas, dan ketidakmampuan untuk mengidentifikasi bayi berisiko. Ada juga kasus dimana bayi lahir prematur diluar RSCM terlambat dirujuk untuk diperiksa di RSCM. Namun demikian, dalam sejumlah kasus, bayi prematur dengan risiko ROP masih dapat diobati.

Program SIB dilaksanakan di seluruh dunia, termasuk Indonesia, sejak 2003. Beberapa kegiatan yang telah dilakukan diantaranya pelaksanaan operasi katarak, pemeriksaan mata dan pemberian kacamata, peningkatan capacity building bagi tenaga kesehatan mata, diabetic retinopathy, serta pembuatan fasilitas pendukung pemeriksaan mata di beberapa wilayah di Indonesia. Sejak tahun lalu, Bank bermitra dengan Helen Keller International dan konsorsiumnya untuk periode 2015-2020 dengan fokus utama penyediaan pemeriksaan dini bagi anak-anak dengan gangguan penglihatan atau gangguan kesehatan mata yang dapat dihindari.

Beberapa hasil yang telah dicapai sejak tahun lalu diantaranya pembangunan pusat pemeriksaan mata khusus anak di Rumah Sakit Universitas Hasanuddin, Makassar, pertama kalinya ada di wilayah Indonesia Timur. Selain itu juga, tercatat beberapa kegiatan seperti 25 orang anak menerima bantuan operasi mata, 346 anak dengan keterbatasan fisik memperoleh kacamata gratis, dan sekitar 1.539 anak dengan keterbatasan fisik juga telah menerima edukasi kesehatan mata dan beberapa kegiatan capacity building bagi para tenaga kesehatan mata.

 



No comments:

Post a Comment