Monday 23 October 2017

Indonesia Kekurangan Bakat Cyber Security, ‘Born to Protect’ Jadi Harapan

MAJALAH ICT – Jakarta. Indonesia kini kekurangan bakat Cyber Security dan itu menimbulkan masalah yang sangat nyata dalam industri strategis, pertahanan, kesatuan bangsa dan bisnis. Bayangkan bila terjadi perang Cyber istilah beberapa tentara Cyber Indonesia yang dapat membela dan memperkuat pertahanan bangsa. Dalam berbagai macam masalah IT, unsur sumber daya manusia (SDM) juga memegang peranan utama, untuk itu sangat perlu dipikirkan dan dipersiapkan guna mencegah ketimpangan pesatnya perkembangan dan kemajuan teknologi.

Kebutuhan SDM Cyber Security dengan skill dan kapabilitas yang baik sangatlah diperlukan di era digital saat ini. Pada saat ini secara global maupun di Indonesia, terdapat kekurangan antara kebutuhan dan kesiapan SDM Cyber Security baik untuk Pemerintahan maupun untuk sektor private dan industri. Hal ini menjadi perhatian utama Pemerintah untuk pemenuhan kebutuhan SDM Cyber Security Nasional.

Kegiatan Born To Protect edisi ketiga kali ini digelar di Wilayah Malang, Jawa Timur. Program ini digagas oleh Xynexis dan didukung sepenuhnya oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika. Perhelatan tersebut diselenggarakan pada Sabtu, 21 Oktober 2017, bertempat di STIKI Malang – Jawa Timur. Roadshow Born To Protect Malang yang dikhususkan untuk seluruh peserta dari seluruh wilayah Jatim ini ternyata mengundang animo positif dari mahasiswa dan masyarakat umum dengan total peserta seminar dan hacking kontes di kota tersebut sebanyak 897 peserta yang terdiri dari 672 peserta yang melakukan registrasi secara online dan 225 peserta melakukan pendaftaran offline.

Proses Pencarian Bakat

Keyakinan bahwa generasi muda bangsa banyak yang cerdas dalam mengelola sistem Cyber Security ini, proses dilakukan dengan 2 tahapan. Langkah awal Xynexis bersama Kominfo di 2017 melakukan awareness di 5 kota dalam mensosialisasikan program yang digagas. Dan dengan harapan terus berlanjut pada kota-kota lain ditahun berikutnya. Awareness yang dimaksud bertujuan mengajak seluruh lapisan masyarakat luas, khususnya para generasi muda yang tertarik dengan Cyber Security program.

Menanggapi pertanyaan dari Mahasiswa Universitas Brawijaya Malang, Sekolah Tinggi Teknik Atlas Nusantara, dan Universitas Kanjuruhan Malang, bahwa di Indonesia banyak sekali kebutuhan dengan seorang Cyber Security, untuk saat ini profesi apakah yang paling dicari untuk seorang Cyber Security? Berapa tahun untuk mecapai posisi yang bagus dalam berkarir sebagai Cyber Security dan saya harus belajar apa? Kemudian langkah-langkah apa saja yang harus saya lakukan untuk menjadi seorang Cyber Security? maka Direktur Keamanan Informasi Aidil Chendramata, mencoba mejelaskan sebagaimana yang tercantum di bawah ini.

Kebutuhan SDM yang memiliki kemampuan dalam mengatasi ancaman serangan Cyber di Indonesia sangat tinggi. Sementara jumlah SDM yang tersedia masih sangat minim. “SDM yang dibutuhkan bukan hanya yang memiliki pengetahuan di bidang IT/Cyber Security saja, tapi juga mereka yang memiliki kualitas, kapasitas, dan kemampuan di bidang IT/Cyber Security. Untuk itu Born to Protect ini diharapkan mampu menjadi salah satu solusi permasalahan ini,” papar Aidil, Direktur Keamanan Informasi.

Lebih lanjut kata Aidil, Kominfo menyikapi akan kebutuhan tenaga SDM di bidang Cyber Security yang dirasa masihlah sangat kurang ditengah ancaman Cyber yang juga terus meningkat belakangan ini . SDM merupakan faktor penentu bagi kedaulatan Indonesia di dunia Cyber, dimana dalam menciptakan kedaulatan Indonesia di dunia Cyber, ada tiga aspek utama dari sistem yang perlu diperhatikan. Pertama adalah aspek People, atau manusia pengelolanya. Kedua, aspek Proses, yaitu proses pengelolaan dari sistem itu agar menghasilkan sistem yang aman. Aspek ketiga barulah Teknologi. Konsep PPT ini sangat menentukan keberhasilan kedaulatan Indonesia di dunia Cyber di masa mendatang. Serangan yang lebih beragam di masa mendatang, membutuhkan pertahanan yang lebih baik dan menyeluruh.

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Badan Litbang SDM Kominfo melalui kerjasama IPKIN (Ikatan Profesi Komputer dan Informatika Indonesia) dan APTIKOM (Asosiasi Perguruan Tinggi Komputer Indonesia), di dapatkan bahwa kondisi peta SDM Indonesia bidang TIK adalah over-demand. Dengan kata lain, kebutuhan tenaga SDM TIK melebihi ketersediaan. Walaupun sudah ada lebih dari 300 perguruan tinggi yang memiliki program studi bidang komputer. Tapi kekurangan SDM di semua bidang TIK masih sangat terasa. Bidang Keamanan Informasi merupakan bidang yang memiliki gap terbesar antara ketersediaan SDM dan permintaan.

Kegiatan Born to Protect yang dikoordinasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika dengan motor penggerak Xynesis Internasional dan dilaksanakan melalui kerjasama dengan APTIKOM (Asosiasi Perguruan Tinggi Komputer), berupaya melakukan kontribusi untuk mengatasi permasalahan SDM di bidang Keamanan Informasi ini. Kegiatan Born To Protect dimulai dengan Kompetisi Keamanan Informasi untuk menjaring bibit-bibit SDM yang dapat ditingkatkan kemampuannya di bidang Keamanan Informasi. Setelah penyaringan itu dilaksanakan, maka pemenangnya akan diikutkan pada kegiatan-kegiatan berikutnya untuk makin mengasah kemampuan Keamanan Informasi, dengan melibatkan mentor-mentor di bidang Keamanan Informasi.

 



No comments:

Post a Comment