Wednesday 25 October 2017

Transformasi Digital Ternyata Lebih dari Sekadar Faktor Teknologi Saja

MAJALAH ICT – Jakarta.Meskipun bisnis menyadari pentingnya transformasi digital, banyak organisasi di seluruh dunia berjuang untuk menyeimbangkan elemen yang dibutuhkan untuk berhasil di ranah digital. Dari 1.625 pemimpin bisnis yang disurvei untuk laporan baru Fujitsu, The Digital Transformation PACT, satu dari tiga (33%) telah membatalkan sebuah proyek dalam dua tahun terakhir dengan kerugian sekitar 423.000 Ero, sementara satu dari empat (28%) telah mengalami kegagalan proyek dengan kerugian sekitar 555.000 Ero. 84 persen bisnis mengatakan bahwa pelanggan mereka mengharapkan mereka untuk menjadi lebih digital, sementara 71 persen percaya bahwa mereka berada di belakang pesaing mereka. Terakhir, dua dari tiga (66%) percaya bahwa mereka akan kehilangan pelanggan dibandingkan pesaing mereka akibat transformasi digital.

Fujitsu menyadari bahwa transformasi digital lebih dari sekadar faktor teknologi saja. Penelitian yang dilakukan oleh Fujitsu menguji bagaimana kinerja bisnis terhadap empat elemen strategis yang dibutuhkan untuk mentransformasi secara digital: People, Actions, Collaboration and Technology (PACT). Banyak perusahaan telah menyadari pentingnya transformasi digital yang terlihat dari hasil survey yang menyebutkan bahsa mayoritas bisnis (46%) telah menerapkan proyek transformasi, sementara 86 persen mengatakan bahwa mereka merencanakan dampak teknologi pada bisnis mereka selama 12 bulan ke depan. Namun, bisnis terus menghadapi tantangan di empat pilar PACT tersebut.

“Teknologi dapat memberikan transformasi yang seutuhnya, namun memanfaatkan kekuatan digital butuh lebih dari sekadar tools terbaru,” kata Duncan Tait, CEO, SEVP and Head of Americas and EMEIA di Fujitsu. “Sementara bisnis saat ini menyadari kebutuhan untuk mengadopsi dan menyesuaikan diri dengan teknologi, tetap ada masalah signifikan yang memiliki pengaruh besar pada tingginya tingkat kegagalan dan biaya terkait. Untuk mewujudkan visi digital, sangat penting bagi bisnis untuk memiliki keterampilan yang tepat, serta mengolah kemitraan dan teknologi secara benar. Dengan cepatnya disrupsi digital mengubah lanskap bisnis saat ini, bisnis harus berhasil dalam proses transformasi mereka.”

People, Action, Collaboration, dan Technology

Ketika mempertimbangkan pendekatan mereka terhadap orang-orang yang terlibat dalam transformasi digital, sebagian besar pemimpin bisnis (90%) mengambil langkah untuk meningkatkan akses mereka terhadap keahlian digital, dengan 70 persen mengakui kurangnya keterampilan digital di dalam organisasi mereka. Contohnya, 80 persen responden mengatakan bahwa kurangnya keterampilan digital yang memadai adalah halangan terbesar untuk mencapai keamanan di dunia maya. Melihat ke masa depan, faktor keterampilan akan terus menjadi isu bisnis utama; 93 persen reponden juga mengatakan bahwa melakukan upskilling pada staff perusahaan akan sangat penting bagi keberhasilan bisnis mereka dalam tiga tahun ke depan, sementara 83 persen percaya bahwa kecerdasan buatan akan mengubah keterampilan yang dibutuhkan pada tahun 2020.

Melihat proses dan perilaku yang dibutuhkan untuk melakukan transformasi digital, sembilan dari sepuluh pemimpin bisnis (90%) mengatakan bahwa organisasi mereka memiliki strategi digital yang jelas, sementara 83 persen yakin bahwa seluruh bisnis mengerti apa yang dijalankan. Namun, tiga perempat (74%) mengatakan bahwa proyek yang dilakukan seringkali tidak terkait dengan strategi bisnis menyeluruh, sementara 72 persen mengatakan proyek digital bayangan adalah satu-satunya cara sebagian organisasi dapat menyelesaikan inovasi yang benar-benar efektif. Lebih penting lagi, dua dari tiga (66%) mengatakan bahwa kegagalan tersebut telah menunda proses transformasi digital bisnis di kemudian hari.

Pemimpin bisnis tengah mengambil langkah positif dalam sisi kolaborasi, dengan sebagian besar bisnis melakukan atau merencanakan untuk melakukan proyek bersama-sama (63%), dengan sejumlah mitra termasuk pakar teknologi (64%) dan pelanggan lama (42%). Yang cukup mengejutkan, 79 persen responden bahkan mengatakan bersedia berbagi informasi sensitif sebagai bentuk kerjasama proyek co-creation ini; Namun, 73 persen mengatakan bahwa kurangnya keberhasilan dalam jangka waktu cepat dapat mengakhiri kemitraan strategis mereka dengan cepat.

Dan ketika menyangkut teknologi, para pemimpin bisnis merencanakan untuk menerapkan berbagai macam sistem; Dalam 12 bulan ke depan, lebih dari setengahnya berencana untuk memperkenalkan solusi keamanan siber (52%) atau Internet of Things (51%), dengan komputasi awan (47%) dan kecerdasan buatan (46%) menyusul di belakang. Pemimpin bisnis menyadari dampak disruptif yang dihasilkan dari perubahan teknologi, karena 86 persen mengatakan bahwa kemampuan untuk mengubah akan sangat penting untuk kelangsungan hidup mereka dalam lima tahun ke depan. Namun, 71 persen khawatir tentang kapasitas organisasi mereka untuk beradaptasi dengan teknologi seperti kecerdasan buatan.

Tait melanjutkan, “Pengenalan teknologi baru ke dalam bisnis selalu menuntut keseimbangan. Namun, seiring dengan laju perubahan teknologi yang dinamis, peran keseimbangan menjadi jauh lebih penting. Tidak cukup bagi perusahaan untuk memiliki aplikasi dan perangkat terbaik; Tanpa anggota tim yang berbakat dan terampil untuk menggunakannya, aplikasi dan perangkat tidak ada artinya. Anda mungkin memiliki tim yang paling cerdas dan paling progresif, tapi mereka akan merasa kesulitan dalam budaya lama yang menghambat inovasi. Dan tidak ada bisnis – tidak peduli seberapa besar, seberapa berpengaruh atau kuat – yang dapat sukses dan berhasil di dunia masa depan dengan hanya mengandalkan diri sendiri. Hanya dengan membawa keseimbangan ke empat unsur vital tersebut, People, Actions, Collaboration dan Technology, organisasi dapat berkembang di era digital ini.”

 



No comments:

Post a Comment