Tuesday 27 June 2017

Telegram Diyakini Digunakan Teroris untuk Merencanakan Serangan

MAJALAH ICT – Jakarta. Layanan Keamanan Federal Rusia (Russia’s Federal Security Service-FSB) mengatakan, aplikasi pesan terenkripsi Telegram, yang sering menjadi kontroversi, diyakini digunakan oleh teroris untuk merencanakan serangan di negara tersebut.

Berita tersebut muncul beberapa hari setelah regulator Rusia Roskomnadzor mengancam akan memblokir Telegram jika pembuat aplikasi pesan aman tersebut tidak memberikan informasi mengenai perusahaan yang mengendalikannya.

Menurut kantor berita RT Rusia, jika sesuai kebutuhan, Telegram secara resmi mendaftarkan informasinya dengan pemerintah, mungkin harus berbagi obrolan pengguna dengan layanan penegak hukum.

FSB mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Telegram memberi “teroris kesempatan untuk membuat chat room rahasia dengan tingkat enkripsi yang tinggi”.

Ini menjelaskan bahwa seorang pembom bunuh diri yang menyerang St Petersburg pada bulan April telah menggunakan Telegram untuk berkoordinasi dengan kaki tangannya.

Pendiri Telegram Pavel Durov mengatakan di media sosial, regulator komunikasi telah meminta perusahaannya untuk mengizinkan petugas keamanan untuk mendekripsi pesan pengguna, seperti dilaporkan Reuters. Dia mengatakan hal itui tidak hanya melanggar hak-hak konstitusional pengguna, tetapi juga secara teknis tidak mungkin dilakukan.

Dia membalas dengan mengatakan bahwa jika Rusia melarang aplikasinya, teroris hanya akan beralih ke saingan seperti WhatsApp, yang juga menawarkan enkripsi end-to-end. “Jika Anda ingin mengalahkan terorisme dengan memblokir barang, Anda harus memblokir internet,” tulis Durov.

Sebelumnya, Durov mengatakan bahwa badan-badan AS menyogoknya karena mereka ingin perusahaannya melemahkan enkripsi atau memasang backdoor.

 



No comments:

Post a Comment