Sunday 26 February 2017

Penyadapan, Antara Ada dan Tiada (Bagian 3)

Jokowi pun (Katanya) Pernah Disadap

Di medio 2015, mantan Kontraktor Badan Intelijen AS Edward Snowden membocorkan rahasia baru. Dalam dokumen yang diterbitkan di Selandia Baru itu Australia Signals Directorate (ASD) telah bekerja sama dengan Government Communications Security Bureau (GCSB) Selandia Baru untuk mendapatkan akses komprehensif jaringan telekomunikasi di seluruh Indonesia dan Pasifik Selatan. Disebut-sebut penyadapan menyasar Presiden Joko Widodo, terkait dengan isu eksekusi mati dua terpidanan mati yang asal Australia.

Menanggapi hal tersebut, Presiden Jokowi terlihat santai dan tidak terpengaruh akan isu penyadapan. “Kalau pas ke kebun karet atau hutan pinus baru banyak penyadap,” ujarnya. “Nggak ada yang sadap saya, apanya yang mau disadap.”

Jika Jokowi tenang saja dengan ancaman penyadapan yang dilakukan, Pengamat politik dari Universitas Indonesia Prof Budiyatna mengatakan, disadapnya Telkomsel oleh pihak Australia akan menjadi ancaman bagi Presiden Joko Widodo. “Ini pasti ada sesuatu dan mengincar Jokowi. Bisa-bisa dibongkar itu borok-boroknya Jokowi ke mata publik,” terang Budiyatana. Menurutnya, penyadapan ini merupakan skenario untuk menjatuhkan Jokowi dari jabatannya sebagai kepala negara/pemerintah. “Jika Australia sampai membongkar dari Pilpres sampai sekarang, maka menyudahi puncak kesuksesan Presiden Jokowi di Indonesia. Jelas sekali terlihat jika sasaran Australia adalah Jokowi,” ungkapnya.

Seperti diungkap The Sidney Morning Herald (SMH) edisi 9 Maret 2015, GCSB bekerja sama dengan ASD pada 2009 menyadap percakapan telepon, email dan metadata publik Indonesia melalui jaringan telepon selular terbesar di Indonesia, Telkomsel. Menurut dokumen Snowden, selain Indonesia, ASD dan GCSB juga melakuan spionase elektronik terhadap negara kecil di kawasan Pasifik seperti Fiji, Papua Nugini, Kiribati, Kaledonia Baru, Tonga, Kepulauan Solomon, Nauru, Samoa, Vanuatu dan Polinesia.

 



No comments:

Post a Comment