Saturday 30 December 2017

Kaleidoskop ICT 2017 – Agustus: Satelit Telkom-1 Bermasalah, Layanan ATM Perbankan dan TV Semaput

MAJALAH ICT – Jakarta. Satelti Telkom-1 milik operator telekomunikasi terdepan di Indonesia, PT Telekomunikasi Indonesia bermasalah. Akibatnya, ribuan ATM perbankan dan layanan siaran televisi stasiun yang menggunakan satelit ini  mengalami gangguan.

Perbankan yang terdampak gangguan satelit ini seperti BCA. Sebanyak 5.000 ATM Bank BCA mengalami gangguan karena adanya anomali pada satelit Telkom I yang diluncurkan pada 1999.

Dijelaskan Direktur Utama PT Bank BCA, Jahja Setiaatmaja, akibat dari peristiwa ini, sekitar 30 persen dari total ATM Bank BCA mengalami gangguan. Selain itu, sebanyak 100 kantor kas pun ikut terdampak. “Ada 5.000 ATM yang offline, atau 30 persen dari total ATM dan 100 kantor kas,” kata Jahja.

Ditambahkannya, pihaknya melakukan upaya perbaikan agar layanan kembali berfungsi normal. Dari 100 kantor kas yang terdampak, baru 65 kantor kas yang sudah pulih dan dipastikan pada Senin sudah beroperasi normal.

Sementara itu, stasiun televisi yang terdampak Satelit Telkom-1 seperti stasiun TVRI, kemudian juga RRI. Ada juga Trans7, ANTV, TV dan Radio Timor Leste serta CNN Indonesia.

Dijelaskan PT Telkom, diketahui bahwa pada hari Jumat (25/08) sekitar pukul 16.51 WIB telah terjadi anomali pada satelit Telkom 1 yang berakibat pada pergeseran pointing antena satelit Telkom 1 sehingga semua layanan transponder satelit Telkom 1 terganggu. Recovery satelit Telkom 1 yang dilakukan bersama Telkom dan Lockheed Martin dimana semula diprediksi dapat selesai lebih awal karena sesuatu dan lain hal, hingga pukul 16.00 WIB sore ini (26/08) masih berlangsung.

“Sebagai langkah antisipasi dan untuk kontinuitas kualitas layanan kepada pelanggan, Telkom saat ini melakukan recovery layanan transponder dengan mengalihkan sejumlah pelanggan ke transponder satelit Telkom 3S dan satelit lainnya,” kata Telkom.

Ditambahkan, proses migrasi pelanggan Telkom 1 dimulai pada Sabtu itu juga hingga seluruh pelanggan termigrasi. Dengan solusi migrasi ke satelit lain, diharapkan layanan pelanggan dapat kembali berjalan dengan normal.

“Atas kejadian ini Telkom menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat khususnya para pelanggan yang terganggu,” pungkas Telkom.

Telkom-1 atau A2100A adalah satelit geosinkron yang diluncurkan ke angkasa untuk menggantikan satelit Palapa B2R milik Indonesia yang akan berakhir masa aktifnya pada 2001. Telkom-1 dibangun oleh perusahaan Amerika Lockheed Martin Commercial Space Systems untuk Telkom Indonesia (TELKOM). Satelit Telkom-1 merupakan satelit yang memberikan saluran televisi lokal selain Palapa D.

Lockheed Martin ditunjuk sebagai pembuat satelit ini setelah memenangkan tender dengan mengalahkan empat perusahaan satelit lainnya seperti Hughes Aircraft, Loral Space Systems, Aerospatial dan Marconi Matra. Kerjasama ini disahkan dengan penandatanganan yang dilakukan oleh Direktur Utama PT Telkom AA Nasution dan Wakil Presiden Eksekutif Lockheed Martin John Ramsey dengan disaksikan Menparpostel Joop Ave pada 11 Maret 1997.

Satelit Telkom-1 diluncurkan di Kourou, Guyana Perancis pada 4 Agustus 1999 oleh perusahaan peluncur satelit milik Eropa, Arienespace. Telkom-1 diluncurkan menggunakan roket Ariane-42P. Pada awalnya peluncuran satelit Telkom-1 akan dilaksanakan bersamaan dengan satelit milik Amerika, Asiastar pada 27 April 1999. Namun, satelit Asiastar masih memiliki masalah teknis dalam sistem panel surya, sehingga peluncurannya harus ditunda. Ketertundaan peluncuran satelit Amerika, Asiastar membuat satelit Telkom-1 satu yang semula sudah siap diluncurkan sejak selesai diproduksi pada Januari 1999 oleh perusahaan Lockheed Martinmenjadi tertunda. Tertundanya, peluncuran Asiastar, membuat Telkom-1 membuat peluncuran terpisah dan diluncurkan lebih dahulu daripada Asiastar pada Agustus 1999. Selain itu, Telkom juga mengadakan kerjasama dengan PT Satelindo (di tahun 2015 disebut Indosat) mengenai jadwal operasi peluncuran satelit. Dalam kerjasama tersebut diketahui bahwa seharusnya satelit milik Satelindo, Satelit D-1, dijadwalkan untuk meluncur lebih awal tetapi Telkom membatalkan kerjasama tersebut dan meminta Telkom-1 diluncurkan pada tahun 1998 agar tahun 1999 bisa beroperasi.

Satelit Telkom-1 dibangun untuk menghubungkan setiap pulau dan kepulauan yang ada di Indonesia. Telkom membangun Telkom-1 dengan tujuan untuk memenuhi persyaratan pelayanan telekomunikasi yang berkembang di Indonesia. Telkom memproyeksikan, peningkatan tahunan pelayanan telekomunikasi akan meningkat sekitar 1,5 juta unit sambungan telepon seluler per tahun dengan adanya satelot ini. Telkom-1 akan memberikan Telkom kapasitas lebih besar dari satelit sebelumnya, Palapa B2R, serta desain dan manuver hidup lebih lama yakni 15 tahun. Telkom-1 akan mendukung berbagai aplikasi telekomunikasi, termasuk lalu lintas digital kecepatan tinggi yang kompatibel dengan aplikasi Very Small Aperture Terminal (VSAT). Lalu lintas digital ini memungkinkan piring satelit yang sangat kecil dapat menerima sinyal dan menghilangkan kebutuhan yang tidak diperlukan.

Telkom telah mengeluarkan US$ 191,4 juta untuk pembuatan dan peluncuran satelit Telkom-1. Biaya sejumlah tersebut terdiri dari US$ 84,8 juta untuk pembuatan satelit Telkom-1 dari perusahaan Lockheed Martin, US$ 90,1 juta untuk kontrak peluncuran dengan perusahaan Arianespace, dan US$ 1,6 juta untuk pelayanan konsultasi dengen perusahaan asal Kanada, Telesat.

 



No comments:

Post a Comment